Orang-orang yang Setia*

AKU menggeliat mengeluarkan suara manja, dan seperti biasa, ia tak menoleh. Aku pun bangkit. Kubiarkan selimut yang semula menempel di dada akhirnya terjatuh. Dingin memang. Tapi itu justru memberiku cukup alasan untuk bersegera merangkak mendekatinya dan menekankan payudaraku ke punggungnya. “Sudah terbangun cukup lama?” tanyaku. Ia masih saja tak menghiraukanku dan tampak serius menatap layar laptopnya yang penuh sesak oleh kata-kata. Aku dan lelaki ini … Lanjutkan membaca Orang-orang yang Setia*